Halaman

Kamis, 18 Oktober 2012

Aksi "Carok" di Desa Dadibou, Kab. Bima

Bima, WARTASumbawa.

Saling serang seperti yang terjadi diwilayah Madura atau lebih dikenal istilahnya "Carok" kembali terjadi, Kamis sore (18/10) sekitar pukul 17.00 Wita, sekitar ratusan warga dari Desa Samili dan Desa Kalampa terlibat bentrok fisik dengan ratusan warga gabungan tiga desa, yaitu Desa Dadibou, Desa Risa, dan Desa Donggo Bolo di areal persawahan yang menjadi batas wilayah desa-desa yang terlibat dalam aksi tersebut. Menurut informasi yang diperoleh WARTASumbawa bahwa masyarakat di kedua belah pihak menggunakan senjata tajam jenis parang, tombak, maupun panah. Bahkan diduga juga adanya penggunaan senjata api rakitan oleh kedua belah pihak.

Dalam aksi tersebut, telah jatuh korban sebanyak 4 orang yang berasal dari warga Desa Dadibou akibat terkena panah yang sebagian besar terkena dibagian dada dan punggung. Selain itu juga puluhan gubuk yang berada diareal persawahan milik warga Desa Kalampa telah rata dengan tanah akibat dibakar oleh warga Desa Dadibou.

Pantauan WARTASumbawa bahwa keberadaan aparat dari Brimob maupun TNI tidak banyak membantu situasi dilapangan pada saat bentrokan terjadi. Namun aparat keamanan secara terus menerus melakukan himbauan kepada masyarakat dikeduabelah pihak, bahkan menjelang sore hari atau sebelum memasuki waktu adzan magrib, pihak Polres Bima yang dibantu Brimob dan TNI langsung menghalau massa dari lokasi bentrokan untuk membubarkan massa. Sejauh ini massa telah berangsur-angsur bubar dan kembali kewilayahnya masing-masing, namun terlihat beberapa kelompok massa dari kedua belah pihak masih berjaga-jaga. (WS)

Hearing GPS di Kantor Perwakilan PT. NNT Sumbawa Besar

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Sebanyak 20  orang dari Gerakan Pemuda Selatan (GPS) yang dipimpin oleh Alwan Hidayat, S.Pd. (Juru Bicara GPS), Kamis siang (18/10) melakukan hearing dengan pihak manajemen PT. NNT Perwakilan Sumbawa Besar yang diwakili oleh Eksploration Manager PT. NNT di Dodo-Rinti, H. Kasan Mulyono dan Senior Supervisor Kantor Perwakilan PT. NNT Sumbawa Besar, Edy Sahriansyah. Dalam hearing tersebut GPS mempertanyakan adanya efisiensi yang dilakukan PT. NNT dengan melakukan pengurangan karyawan, namun disisi lain justru PT. NNT telah melakukan perekrutan karyawan yang mencapai 600 orang di proyek Batu Hijau.

"Wacana efisiensi tenaga kerja yang didengungkan oleh PT. NNT hanyalah slogan dan akal-akalan pihak perusahaan. Rencana efisiensi ini justru kontradiktif dengan perilaku perusahaan yang justru melakukan rekrutmen terhadap 600 orang tenaga kerja. Apalagi perekrutan tersebut tidak melalui publikasi di media. Pihak perusahaan telah melakukan strategi untuk mengeliminasi atau mengamputasi keinginan masyarakat yang ingin bekerja atau bergabung di PT. NNT", kata Alwan Hidayat, S.Pd. Disisi lain juga dipertanyakan oleh GPS menyangkut masih adanya kekurangan kuota tenaga kerja di Kec. Ropang sebanyak 14 orang yang belum diakomodir oleh PT. NNT

Sementara itu, Eksploration Manager PT. NNT di Dodo-Rinti, H. Kasan Mulyono, dalam tanggapannya menyatakan bahwa kebijakan pengurangan  tenaga kerja atau efisiensi yang dilakukan oleh PT. NNT merupakan standar perusahaan dan instruksi para pemegang saham. PT. NNT selaku kontraktor pelaksana hanya mentaati keinginan para pemegang saham. Sedangkan menyangkut adanya 14 orang yang merupakan kuota rekrutmen yang masih kurang dari Kec. Ropang, disebabkan adanya persoalan dilapangan. Persoalan perekrutan 203 orang, termasuk didalamnya formasi 14 orang dilakukan ketika perusahaan menggunakan 5 mata bor. Namun dari awal eksplorasi, ternyata perusahaan hanya menggunakan 3 mata bor. Untuk itu, formasi kekurangan kouta dari Kec. Ropang tidak dibutuhkan pada saat ini. Sebagai alternatifnya, pihak perusahaan hanya melakukan penundaan karena ketika akan ada penambahan mata bor akan direkrut kembali. (WS)