Halaman

Senin, 28 Januari 2013

Kerja Bakti Massal Pemkab Sumbawa di Lokasi Kerusuhan

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Ratusan PNS dilingkup Pemkab Sumbawa beserta Satpol PP, Polri dan TNI, Senin (28/01) terlihat mulai bahu membahu membersihkan lokasi kerusuhan diwilayah terbesar pemukiman warga korban kerusuhan di Jl. Baru, Uma Sima. Kerja bakti yang dipimpin langsung oleh Asisten II Setda Sumbawa, Drs. Muhammading, merupakan bagian dari aksi solidaritas terhadap warga korban kerusuhan, yang dinilai juga sudah menjadi warga Sumbawa.
Kerja bakti Pemkab Sumbawa dibantu TNI/Polri
Menurut pantauan WARTASumbawa dilapangan langsung, tampak kendaraan dan pasukan kuning mulai membersihkan puing-puing yang cukup mengganggu, seperti pecahan kaca, kayu, maupun tembok yang runtuh akibat kebakaran hebat pada 22 Januari 2013 lalu, dibantu pegawai pemda dan TNI/Polri mereka mulai menyisir dari ujung pertigaan Kampung Kodok, tepat dibelakang Makodim 1607/Sumbawa sampai dengan Jl. Manggis. Truk kuning yang biasa digunakan untuk mengangkat sampah terlihat hilir mudik membawa puing-puing tersebut untuk dipindahkan kelokasi pembuangan akhir.
Salah seorang pegawai daerah yang enggan disebutkan namanya, menyatakan kepada WARTASumbawa bahwa aksi kerja bakti ini merupakan rangkaian dari upaya pemulihan kondisi Sumbawa pasca kerusuhan, sehingga diharapkan kedepan masyarakat korban kerusuhan dapat kembali "membangun" Sumbawa, dan melupakan luka lama serta menerapkan kearifan lokal yang selama ini dibangun sejak nenek moyang para pendahulu daerah ini.
Sementara itu demi kelancaran dalam pelaksanaan kerja bakti ini, pihak Dishub Kab. Sumbawa dibantu aparat TNI/Polri sejak siang sekitar jam 14.00 Wita telah membatasi akses jalan disepanjang Jl. Baru, Uma Sima, karena jalur dijalan tersebut bukan merupakan jalan protokol atau jalur alternatif yang bukan merupakan jalur jalan raya. Dikhawatirkan dengan lalu lintas yang terlalu banyak akan mengganggu jalannya pelaksanaan kerja bakti. Secara umum pelaksanaan kerja bakti ini berlangsung dengan tertib dan mendapat dukungan masyarakat banyak. (WS)

Minggu, 27 Januari 2013

Situasi Kota Sumbawa Besar Pasca Kerusuhan

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Pasca kerusuhan pada 22 Januari 2012 lalu, situasi Kota Sumbawa Besar mulai berangsur-angsur normal. Kegiatan masyarakat mulai kembali ramai dengan perputaran roda perekonomian, toko-toko sepanjang jalur protokol di Sumbawa Besar yang sebelumnya tutup total, kini sudah mulai beraktifitas. Begitupula aktifitas Pasar Seketeng yang mulai berbenah setelah hampir ratusan kios yang berada didalam bangunan pasar, habis dijarah oleh massa. Perlahan-lahan namun pasti geliat ekonomi mulai berjalan, walaupun masih ada isu-isu yang tidak benar yang dihembuskan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab masih menghantui masyarakat. Hal ini sendiri pernah dibantah oleh Dandim 1607/Sumbawa, Letkol. Inf. Agus Supriyanto maupun Kapolres Sumbawa, AKBP. Yayan Hartadi, S.IK., dalam setiap kesempatan, bahkan tokoh-tokoh agama juga memberikan pemahaman kepada warga dalam setiap kegiatan peribadahan, bahwa informasi yang cenderung menyudutkan dan membuat masyarakat ketakutan adalah isu-isu yang ingin membentuk Kab. Sumbawa tidak kondusif.
Situasi Kota Sumbawa Besar yang sudah mulai ramai
Berdasarkan pantauan WARTASumbawa, Minggu (27/01) dibeberapa lokasi yang menjadi sentra perekonomian seperti Pasar Seketeng dan komplek pertokoan lainnya antara lain di Jl. Multatuli, sepanjang Jl. Kartini, Jl. Hasanuddin, Jl. Diponegoro, dan lainnya sudah mulai ramai dan terlihat lalu lalang kendaraan serta para pedagang. Sementara beberapa pengungsi yang sebelumnya menyelamatkan diri dibeberapa lokasi pengungsian, juga sudah mulai kembali kerumahnya masing-masing. Para warga yang menjadi korban kerusuhan juga sudah mulai tampak membenahi rumahnya masing-masing yang sudah terbakar. Mereka terlihat optimis bahwa kondisi akan kembali normal, sehingga mereka bisa kembali membangun kerjasama dan silaturahmi dengan warga masyarakat sekitar yang sebelumnya hancur akibat kerusuhan.
Bahkan walaupun sebagian besar pengungsi telah kembali kerumahnya masing-masing, bantuan dari masyarakat Sumbawa tetap mengalir dari berbagai tempat, sebagai bentuk aksi solidaritas terhadap warga Sumbawa yang menjadi korban kerusuhan. Tidak jarang bantuan itu tetap diberikan, walaupun tanpa diminta sekalipun, seperti yang terpantau oleh WARTASumbawa diwilayah Jl. Baru, Uma Sima, yang merupakan wilayah terbesar terkena imbas dari aksi massa. Tampak seorang warga memperbaiki jaringan TV kabel diwilayah Jl. Baru, Uma Sima, yang sebelumnya dilayani oleh warga yang turut menjadi korban kerusuhan, yang secara kebetulan sama-sama menjadi pengusaha TV kabel. Pemandangan yang justru jarang terjadi saat ini, apabila dalam kondisi normal.
Sejauh ini aparat keamanan, baik dari kepolisian, brimob dan TNI masih berjaga-jaga dibeberapa lokasi untuk memberikan kenyamanan terhadap masyarakat bahwa Kota Sumbawa Besar sudah mulai pulih kembali. Belum ada rencana apapun menyangkut penarikan aparat keamanan, mengingat Bupati Sumbawa pada pertemuan dengan Kapolda NTB belum lama ini telah meminta agar penarikan pasukan tidak dilakukan sebelum kondisi Kota Sumbawa Besar belum benar-benar pulih seperti sediakala.  (WS)

Sabtu, 26 Januari 2013

Kunjungan Sosial H. Jusuf Kalla ke Sumbawa Besar

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Ketua PMI Pusat yang juga pernah menjabat sebagai Wapres RI, H. Jusuf Kalla bersama rombongan, Sabtu (26/01) berkunjung ke Sumbawa Besar untuk melihat dari dekat kondisi para pengungsi korban aksi kerusuhan pada 22 Januari 2013 lalu, sekaligus menggelar pertemuan dengan Pemkab Sumbawa, toga. toma serta todat, dan meninjau Sekretariat PMI Cabang Sumbawa di Jl. Diponegoro. Kedatangan mantan orang nomor dua di Indonesia ini disambut cukup antusias oleh masyarakat Sumbawa Besar.
H. Jusuf Kalla bersama Prof. DR. Din Syamsuddin
Setelah turun dari pesawat di Bandara Brang Biji, H. Jusuf Kalla menyempatkan diri untuk melihat dari dekat kondisi terkini dari para pengungsi, baik yang berada di Kompi Senapan B, Makodim 1607/Sumbawa, maupun Polres Sumbawa. Tidak lupa juga beliau menyempatkan diri untuk meninjau lokasi aksi kerusuhan, seperti Pura Suka Duka dan pemukiman warga etnis tertentu disepanjang Jl. Kebayan serta Jl. Baru Uma Sima. Kepada setiap pengungsi, H. Jusuf Kalla menyatakan keprihatinannya atas insiden itu, dan kedepannya masyarakat Sumbawa jangan mudah terprovokasi dengan isu-isu yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, karena semua orang disini adalah orang Sumbawa.
Rasa keprihatinannya kembali diucapkan oleh H. Jusuf Kalla sambil berjanji akan menyerahkan bantuan, pada saat pertemuan yang digelar di Kantor Bupati Sumbawa, yang juga dihadiri oleh Bupati Sumbawa, Drs. H. Jamaluddin Malik, Ketua PP Muhammadiyah, Prof. DR. Din Syamsuddin, Wakil Gubernur NTB, Ir. H. Badrul Munir, Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia, Mayjen TNI (Purn) Sang Nyoman Suwisma, dan Kapolda NTB, Brigjen Pol. M. Iriawan.
Dalam pertemuan tersebut terdapat dua hal menarik yang menjadi perhatian, yaitu adanya pernyataan Bupati Sumbawa, Drs. H. Jamaluddin Malik yang mengatakan bahwa tragedi yang terjadi pada 22 Januari 2013 lalu bukan merupakan SARA, tetapi lebih kepada tindakan kriminal. Oleh karena itu aparat kepolisian segara menyelesaikan persoalan hukum secara cepat dan adil. Sementara itu, Wakil Gubernur NTB, Ir. H. Badrul Munir, mengatakan bahwa saat ini masih dalam tahap tanggap darurat, yaitu 1 s/d 12 hari kedepan. Sehingga pada 28 Januari 2013 mendatang, para pengungsi sudah dapat kembali kerumahnya masing-masing dan melakukan aktifitas sehari-hari.
Sebelum berangkat kembali menuju Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, dari Bandara Brang Biji, H. Jusuf Kalla meninjau Sekretariat PMI Cabang Sumbawa, Setelah berkunjung ke PMI Cabang Sumbawa dan melihat kondisi sekretariatnya, H. Jusuf Kalla bersama rombongan pamit meninggalkan Kota Sumbawa Besar.(WS)

Data Pengungsi dan Kerusakan Akibat Aksi Kerusuhan di Sumbawa Besar

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Pasca aksi kerusuhan, beberapa lokasi telah menjadi penampungan bagi para pengungsi untuk menyelamatkan diri dari amukan massa yang telah merusak dan membakar rumah mereka. Berikut data-data kerusakan dan jumlah pengungsi saat ini yang dihimpun WARTASumbawa dari berbagai sumber.
1. Kodim 1607/Sumbawa sebanyak 950 jiwa.
2. Kompi Senapan B 742 sebanyak 1.800 jiwa.
3. Polsek Alas sebanyak 30 jiwa.
4. Koramil Utan sebanyak 200 jiwa.
Evakuasi pengungsi oleh Polres Sumbawa
Sementara pengungsi di Polres Sumbawa sebanyak 671 jiwa, sejak kemarin (25/01) telah dipulangkan kewilayah mereka di Wanagiri, Kec. Utan. Data pengungsi ini bersifat sementara karena banyaknya migrasi para pengungsi yang menuju Bali dengan menggunakan kendaraan, baik darat, udara maupun laut.
Sedangkan jumlah kerusakan saat ini akibat kerusuhan, sebagai berikut :
1. Korban jiwa nihil.
2. 355 unit rumah rusak, 30 unit diantaranya terbakar.
3. 18 unit kendaraan rusak, 11 unit diantaranya terbakar.
4. 150 buah kios rusak dan 6 toko terbakar.
5. 1 unit bangunan hotel dan 1 unit bangunan kantor terbakar.
6. 3 buah pura rusak, 1 buah diantaranya rusak parah.
Sejauh ini belum ada perubahan menyangkut data kerusakan yang terjadi pasca kerusuhan. (WS)

Jumat, 25 Januari 2013

Kunjungan Singkat Sultan Sumbawa ke Kodim 1607/Sumbawa

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Sultan Sumbawa, Kaharuddin IV atau lebih dikenal dengan sebutan Daeng Ewan, Jum'at (24/01) siang, melakukan kunjungan singkat ke Kodim 1607/Sumbawa, untuk melihat dari dekat keadaan para pengungsi korban kerusuhan pada 22 Januari 2013 lalu dan sekaligus memberikan bantuan. Sultan Sumbawa yang didampingi Sekretaris Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS), Syukri Rahmat, S.Ag., berkeliling disemua rumah di Asrama Kodim 1607/Sumbawa yang menampung para pengungsi. Rombongan Sultan Sumbawa ini juga didampingi oleh Pasi Intel Kodim 1607/Sumbawa, Kapten Inf. Tamtanus dan Asintel Kodam IX/Udayana, Letkol Inf. Steve Parengkuan, serta perwakilan pengungsi.
Sultan Sumbawa saat berbincang dengan pengungsi
Dalam kunjungannya, Sultan Sumbawa yang mengenakan baju batik bermotif warna kuning dan celana panjang cream, turut menyatakan keprihatinannya atas kejadian yang menimpa para pengungsi korban kerusuhan, sekaligus juga meminta untuk tetap bersabar dan tetap semangat, karena para pengungsi adalah bagian dari masyarakat Sumbawa juga. Sultan juga menyatakan bahwa apa yang telah terjadi merupakan perisitwa yang tidak diduga-duga sebelumnya.
"Kita semua kecolongan, karena apa yang terjadi saat ini diluar dugaan kita semua. Oleh karena itu saat ini mari kita mulai membangun kembali Sumbawa bersama-sama", pinta Sultan disetiap pengungsi yang disinggahi.
Berdasarkan pantauan WARTASumbawa yang mengikuti rombongan, tampak para pengungsi terlihat antusias dengan kedatangan Sultan Sumbawa yang datang untuk memberikan semangat dan keprihatinan mendalam atas semua kejadian yang menimpa para pengungsi. Diantara pengungsi yang didatangi oleh Sultan, tampak pula anggota DPRD dari Partai Golkar, IDM. Oka Budiasa. (WS)

Pengarahan Bupati Sumbawa Kepada Pimpinan SKPD dan Perwakilan Masyarakat

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Terkait dengan persoalan aksi kerusuhan yang terjadi pada 22 Januari 2013 lalu di Kota Sumbawa Besar, Bupati Sumbawa, Drs. H. Jamaluddin Malik, Jum'at (25/01) sekitar pukul 09.00 Wita di Lantai 3, Kantor Bupati Sumbawa, mengumpulkan seluruh pimpinan SKPD/instansi/dinas dan perwakilan masyarakat untuk memberikan pengarahan terhadap persoalan situasi dan kondisi pasca aksi kerusuhan lalu. Bupati Sumbawa yang didampingi oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) minus Kapolres Sumbawa, yang terdiri dari Ketua DPRD, H. Farhan Bulkiyah, SP., Dandim 1607/Sumbawa, Letkol Inf. Agus Supriyanto, Kajari, Sugeng Hariyadi, SH., MH., dan Kepala PN Sumbawa Besar, Moh. Yulihadi, SH., MH., dalam pengarahannya menyatakan bahwa pertemuan saat ini adalah untuk menindaklanjuti pengarahan Gubernur NTB pada 23 Januari 2013, yaitu lima poin yang dua diantaranya telah dilakukan yakni autopsi dan pembongkaran cafe-cafe di Batu Gong.
Pengarahan Bupati di Lantai 3, Kantor Bupati Sumbawa
Bupati Sumbawa juga menyampaikan tiga hal yang menjadi harapan, yaitu masyarakat tidak lagi terpancing oleh isu-isu yang tidak bertanggungjawab, keamanan menjadi tanggungjawab bersama dan Kapolda telah meminta dukungan TNI sampai lima hari kedepan, dan penyebab terjadinya kerusuhan agar ditindak sesuai hukum yang berlaku. Harapan ini disampaikan oleh Bupati Sumbawa agar seluruh masyarakat mendukung langkah penegakan hukum, karena yang terjadi saat ini bukan lagi persoalan orang Sumbawa dengan orang Bali atau Islam dengan Hindu, akan tetapi ini adalah bagian dari tindakan kriminalitas. Selain itu juga masyarakat tidak lagi terjebak dengan isu-isu yang tidak benar.
Dandim 1607/Sumbawa, Letkol Inf. Agus Supriyanto, juga turut memberikan arahan yang pada intinya memohon agar dalam setiap kegiatan keagamaan, para pemuka agama turut menyampaikan ke masyarakat agar jangan sampai terprovokasi terhadap adanya SMS atau berita yang tidak jelas. 
"Jika kita terprovokasi dan menyebarluaskan berita tersebut maka dampaknya akan semakin besar", tegasnya. 
Dandim menambahkan bahwa selain itu masyarakat harus memberikan kepercayaan dan yakin kepada aparat untuk menyelesaikan persoalan ini. Masyarakat harus memiliki kerjasama dalam menjaga keamanan lingkungannya masinh-masing.
Sementara dalam pembacaan hasil autopsi yang dilakukan oleh tim dokter independen dari UNRAM, dr. Alfi Syamsu pada intinya mengatakan bahwa kesimpulan berdasarkan keilmuan sebagai dokter forensik dinyatakan apabila melihat luka-luka yang diderita oleh korban, diidentikkan sebagai luka yang biasa terjadi pada korban meninggal dunia akibat kecelakaan  lalu lintas. Sedangkan hasil lengkapnya akan disampaikan kepada penyidik. (WS)

Kamis, 24 Januari 2013

Seluruh Cafe Batu Gong Dibongkar

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Seluruh bangunan Cafe dan juga warung kecil atau rombong yang berdiri sepanjang jalur jalan diwilayah Batu Gong, Dusun Empan, Desa Labuhan Badas, Kec. Labuhan Badas, saat ini hanya menyisakan puing-puing batu dan kayu yang telah diratakan oleh mesin excavator. Aksi penggusuran dan pembongkaran seluruh bangunan cafe ini dilakukan oleh Pemkab. Sumbawa yang dipimpin langsung dilapangan oleh Wakil Bupati Sumbawa, Drs. H. Arasy Muhkan, Kamis (24/01), yang didukung oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh ormas dll. 
Pembongkaran Cafe Nyale di Batu Gong
Pembongkaran ini dimulai dari arah barat, yaitu Cafe Mandalika yang ditemui pertama kali oleh Satpol PP dan TNI sudah rusak terbakar, diduga cafe tersebut telah habis terbakar oleh massa pada saat aksi kerusuhan pada 22 Januari 2013 lalu. Selanjutnya satu persatu bangunan cafe mulai dari perbatasan antara kawasan wisata Batu Gong sampai dengan cafe yang berada didekat pemukiman penduduk di Dusun Empan. Bahkan warung-warung yang biasanya menjual makanan ataupun kios tidak luput dari upaya pembongkaran.
Pembongkaran bangunan cafe disepanjang wilayah Batu Gong dianggap oleh sebagian ormas dan tokoh masyarakat maupun tokoh agama harus dilakukan, karena sesuai dengan surat Bupati tanggal 7 Januari 2012 lalu yang secara resmi menutup beroperasinya cafe-cafe, juga dianggap sebagai sumber permasalahan bagi masyarakat Sumbawa secara umum, terutama pasca kerusuhan di Kota Sumbawa Besar yaitu cafe di Batu Gong dinilai menjadi asal muasal tewasnya salah seorang warga Desa Brang Rea, Kec. Moyo Hulu. Apalagi momen ini adalah hari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dalam upaya pembongkaran ini, sempat terjadi penolakan oleh sebagian masyarakat yang keberatan atas pembongkaran yang dilakukan oleh Pemkab Sumbawa, selain mereka ada yang mengantongi ijin juga pengumuman yang diinformasikan kepada mereka sangat singkat, yaitu hanya H-1 saja. Namun keberatan dan penolakan warga ini tidak mendapat perhatian dari tim pembongkaran dilapangan, sehingga banyak pemilik yang hanya duduk terdiam dan memandangi bangunan mereka rata dengan tanah. (WS)

 

Rabu, 23 Januari 2013

Aksi Kriminal, Polisi Tangkapi Para Pelaku yang Diduga Penjarah

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Aksi penjarahan yang berlangsung sejak rabu siang (23/01) sampai dengan sore, rupanya cukup membuat jengah aparat kepolisian, mengingat para pelaku dengan santainya tanpa memiliki perasaan bersalah membawa barang jarahannya tanpa ada penolakan dari aparat. Hal ini membuat pada malam sampai dengan dini harinya sekitar pukul 03.00 Wita, aparat Brimob Sumbawa yang telah mendapat bantuan dari Kompi Brimob Bima dan Jawa Timur akhirnya melakukan penyisiran dan sweeping terhadap para pelaku penjarahan yang sempat membuat lumpuhnya sektor perekonomian kota Sumbawa Besar. Didukung oleh TNI, pihak Brimob melakukan sweeping terlebih dahulu di areal depan Pasar Seketeng lalu kemudian bergerak menuju Simpang Jam Gadang, dan seterusnya. Selama 3 jam pelaksanaan penyisiran dan sweeping ini, pihak Brimob telah mengamankan hampir sebanyak 90 orang yang diduga menjadi pelaku penjarahan dan diangkut dengan truk Dalmas menuju Kantor Bupati Sumbawa.
Rumah yang terbakar di Jl. Baru Uma Sima.
Aksi penjarahan kembali terjadi pada siang harinya, ketika sebuah toko milik warga etnis tertentu diduga akan dirusak dan dijarah oleh para pelaku penjarahan. Sebelum kehadiran dari pasukan Brimob dan TNI, massa sudah sempat masuk dalam toko, dan kemudian membawa lari beberapa barang untuk disembunyikan. Namun aksi ini tidak begitu lama dilaksanakan, setelah sebanyak 2 peleton Brimob dan TNI dikerahkan untuk menghindari terkonsentrasinya aksi massa di sepanjang jalan protokol Jl. Garuda. Bahkan sampai untuk membubarkan massa tersebut, pihak aparat terpaksa mengeluarkan tembakan peringatan ke udara.
Dalam aksi kali ini, tim reskrim Polres Sumbawa yang juga diturunkan didekat lokasi telah mengamankan dua orang remaja yang diduga melakukan penjarahan. Penangkapan ini sendiri tidak terlepas dari peran masyarakat sekitar dengan memberikan laporan terhadap adanya oknum warga yang membawa barang jarahan. Sementara itu, menurut informasi yang diperoleh WARTASumbawa bahwa ke-90 orang massa ini akan dilakukan pemisahan, karena diyakini tidak semua warga merupakan pelaku penjarahan. (WS)

Mediasi Rombongan Kapolda NTB di Desa Brang Rea, Kec. Moyo Hulu


Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Aksi kerusuhan yang melanda Kota Sumbawa Besar, sangat berkaitan erat dengan tewasnya Almh. Arniyati, warga Desa Brang Rea, Kec. Moyo Hulu yang diduga akibat kelalaian seorang oknum polisi. Atas dasar hal tersebut, rombongan Kapolda NTB, Brigjen M. Iriawan yang didampingi Wagub NTB, Ir. H. Badrul Munir, dan Bupati Sumbawa, Drs. Jamaluddin Malik, berangkat menuju desa korban untuk melakukan mediasi, selasa malam (22/01). Rombongan langsung diterima diatas rumah panggung oleh ayah dan ibu korban, Hamid Saleh dan Hadiyatullah, yang difasilitasi oleh Kapolsek Moyo Hulu, Iptu. Syaogi Ansar, yang juga turut naik ke atas rumah panggung.
Suasana mediasi rombongan dengan keluarga korban
Dalam mediasi yang berjalan singkat sekitar 45 menit dan dipenuhi dengan suasana keakraban tersebut, pihak keluarga pada intinya menyatakan bahwa ikhlas menerima kematian korban dan tidak menuntut, akan tetapi tetap meminta agar proses hukum terhadap oknum polisi dapat dilakukan secara transparan dan tidak melindungi oknum anggotanya sendiri. Kapolda NTB, Brigjen M. Iriawan, dalam tanggapannya juga memberikan jaminan bahwa korps baju coklat ini akan menindaklanjuti permasalahan yang menyeret salah seorang anggotanya, dan bahkan secara gamblang memberikan kesempatan kepada pihak keluarga untuk turut dalam mengawasi proses hukumnya.
Sementara itu, untuk memberikan dukungan terhadap keluarga korban, Bupati Sumbawa, Drs. Jamaluddin Malik menyampaikan bahwa akan memberikan support kepada pihak keluarga, bahkan apabila dipandang perlu akan mendampingi dalam setiap proses hukum terhadap oknum polisi ini. Dalam penyampaiannya, Bupati Sumbawa sekaligus juga meminta kepada pihak keluarga korban untuk tetap menjaga kondusifitas daerah.
Setelah acara mediasi berlangsung, rombongan langsung bertolak kembali menuju Kota Sumbawa Besar dengan pengawalan dari TNI/Polri.
WARTASumbawa mencatat sebuah hal menarik pada saat melakukan wawancara dengan beberapa warga masyarakat di desa tersebut, salah satu hal tersebut adalah adanya pernyataan dari warga bahwa tidak ada upaya mobilisasi massa yang dilakukan untuk diarahkan ke Sumbawa Besar, karena saat ini warga masyarakat sendiri sedang menghadapi musim tanam. (WS)

Selasa, 22 Januari 2013

Aksi Penjarahan di Sumbawa Besar

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Menyambut HUT Kab. Sumbawa yang jatuh pada 22 Januari 2013, Kota Sumbawa Besar meradang dihadiahi oleh peristiwa kerusuhan yang berujung pada aksi penjarahan oleh warga masyarakat, selasa siang (22/01). Aksi masyarakat ini diduga kuat dipicu oleh kekecewaan dari masyarakat atas insiden kecelakaan maut yang menewaskan Arniyati, salah seorang staf di Disdukcapil Kab. Sumbawa yang juga tercatat sebagai salah satu mahasiswi Fisipol UNSA semester V.
Massa yang berada di UD. Dinasti pada saat dijarah
Aksi kerusuhan ini dimulai pasca aksi demo mahasiswa UNSA yang turun sejak pagi hari. Aksi long march mahasiswa mengundang konsentrasi massa disekitar Pura Suka Duka, depan Suzuki. Tak pelak kondisi ini membuat massa kemudian bergerak untuk melakukan pengrusakan terhadap pura tersebut. Pada akhirnya tanpa mendapat komando, ratusan massa yang sudah menyemut didekat lokasi melakukan aksi pelemparan yang tidak mendapat keberatan berarti dari aparat kepolisian dan TNI yang berada didekat lokasi. Massa yang beringas kemudian mengeluarkan perabot dan barang-barang yang berada didalam pura, untuk selanjutnya dibakar ditengah jalan depan pura tersebut. Sementara dari hasil pengamatan WARTASumbawa, selain barang-barang yang dibakar, tampak bangunan pura didalamnya dalam kondisi yang rusak parah, termasuk bangunan gedung dan pintu pagarnya.
Aksi tersebut kemudian meluas sekitar pukul 14.00 Wita saat terjadi aksi pengrusakan beberapa rumah dan pembakaran 1 unit mobil milik warga etnis tertentu di Jl. Baru Uma Sima. Insiden pembakaran ini memicu massa untuk melanjutkan aksinya menuju UD. Gratama yang berada didekat Kantor Bupati Sumbawa. Setidaknya 3 toko milik etnis tertentu yang berada dalam satu jalur dengan UD. Gratama ini dirusak massa. Puncaknya massa yang sudah berkerumun hampir ribuan jumlahnya mengarah pada UD. Dinasti yang berada tepat dipojok Jl. Kebayan dan berseberangan dengan RSUD. Walaupun sudah mendapat pengawalan dan penjagaan aparat dari Brimob dan TNI, massa yang sudah menyemut ini merangsek masuk dan tidak berapa lama melakukan penjarahan disertai dengan pembakaran yang meluluhlantakkan bangunan toko yang berlantai 2 ini. Api kemudian merembet membakar Hotel Tambora yang berada dibelakang toko dan juga kantor asuransi Bumi Putera. Kebakaran ini disertai dengan dentuman suara tabung gas yang masih berada didalam toko tersebut.
Sampai berita ini diturunkan, massa terlihat sudah melakukan penjarahan dibeberapa lokasi, diantaranya PS Mart, gudang milik UD Puncak Sari di Brang Biji dan Jl. Diponegoro. Sejauh ini belum ada korban jiwa akibat aksi penjarahan dan pembakaran yang dialami oleh warga etnis tertentu. (WS)
SELURUH AWAK MEDIA 
WARTASumbawa


MENGUCAPKAN 


' DIRGAHAYU KAB. SUMBAWA KE-54 '


Semoga memasuki usia ke-54 ini, Kab. Sumbawa mampu berdaya saing
dan bergerak secara dinamis dalam pembangunan untuk mewujudkan
'SAMAWA MAMPIS RUNGAN'




Senin, 21 Januari 2013

Suami Ditahan di Polres, Istri "Demo" PT. NNT

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Belasan warga yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak, Senin siang (21/01) secara tiba-tiba melakukan aksi duduk didepan kantor perwakilan PT. NNT Sumbawa Besar, sambil membawa peralatan masak dan segala kebutuhan sehari-hari, seperti beras, ikan dll. Aksi ini merupakan bagian dari aksi solidaritas yang bertujuan untuk mendesak pihak aparat kepolisian Polres Sumbawa bisa segera membebaskan suami atau ayah mereka, karena mereka menilai bahwa tidak ada alasan yang jelas menyangkut penangkapannya.
Aksi ibu-ibu di depan kantor perwakilan PT. NNT
"Suami saya ditahan, apa salahnya?, buktinya yang bakar itu tidak ada. Kalau ada bukti, tidak apa-apa berapa tahunpun ia masuk penjara", tutur Isah, istri A. Latif Makasau, yang menurutnya sudah ditahan di Polres Sumbawa.
"Kalau suami kami ditahan, jelaskan alasan mereka ditahan. Kalau memang ditahan, apa penyebabnya. Ini yang sedang kami caritahu", tambahnya.
Para istri dari warga yang diamankan pada sabtu lalu ini menilai bahwa apa yang dilakukan oleh suami mereka adalah untuk membela masyarakat, yaitu meminta PT. NNT untuk dapat memberikan bantuan berupa pupuk, benih padi dan alat-alat pertanian. Namun sejauh ini proposal yang disampaikan kepada pihak perusahaan pertambangan ini belum mendapat jawaban pasti.
Sementara itu, aksi damai belasan wanita ini tidak diketahui secara pasti sampai kapan berlangsung. Apabila para suami yang ditahan ini dibebaskan, maka hari itu pula mereka akan langsung pulang ke desanya.
"Kami tidak tahu berapa lama kami akan bertahan. Kalau mereka bebas hari ini, langsung kami pulang. Kasian anak-anak. Kami yakin kalau suami kami tidak bersalah", urai Isah kembali yang diamini oleh para ibu-ibu lainnya.
Terkait dengan keyakinan para ibu-ibu bahwa suami mereka tidak bersalah, dilatarbelakangi oleh kejadian dilapangan bahwa pengambilan barang bukti untuk menjerat suami mereka diperoleh petugas didalam rumah, dan bukan dilokasi pada saat terjadinya aksi penghadangan dimaksud.
"Aksi ini merupakan bentuk penolakan terhadap penahanan suami kami, kami juga tidak mencuri dan tidak membakar. Barang yang diambil itu ada dalam rumah saat saya tidak ada dirumah, dan tidak dilapangan. Tiga orang polisi masuk kedalam rumah, dua yang masuk (mengambil barang) dan satu tinggal dipintu. Atas kejadian itu, dua anak saya sampai sekarang sakit, tidak bisa sekolah", timpalnya. (WS)

Minggu, 20 Januari 2013

Aksi Penghadangan, 8 Orang Warga Lenangguar Diamankan

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Sebanyak 8 orang warga Lenangguar diamankan oleh pihak Polres Sumbawa, Sabtu sore kemarin (19/01), setelah mereka dengan keinginan sendiri menyerahkan diri kepada pihak Polres Sumbawa yang menurunkan ratusan personilnya untuk membubarkan aksi penghadangan oleh warga di jembatan kokar ujung Desa Lenangguar. Ke-8 orang yang diamankan ini diangkut oleh pihak Polres Sumbawa dengan menggunakan truk Dalmas yang sudah dipersiapkan oleh pihak kepolisian. Selain melakukan pembubaran aksi penghadangan, pihak kepolisian juga menerjunkan personilnya untuk turut melakukan pengawalan terhadap kendaraan truk tangki pengangkut BBM dan kendaraan pengangkut bahan kebutuhan milik subkon PT. NNT, yang rencananya menuju kamp di Lamurung, Kec. Lenangguar.
Pemeriksaan warga yang diamankan di Polres Sumbawa
Adapun ke-8 orang yang diduga diamankan, yaitu Zaenal Abidin alias Jonindo, Alimuddin, A. Latif Makasau, Syapruddin, Kurniawan, Sabaruddin, Lukman, dan Johansyah. Dari 8 orang tersebut, 7 orang diantaranya merupakan warga Dusun Lenangguar, Desa Lenangguar dan seorangnya adalah warga Dusun Teladan, Desa Teladan, Kec. Lenangguar. Ke-8 orang ini diduga kuat telah melakukan aksi penghadangan terhadap pengiriman barang kebutuhan yang akan digunakan dalam eksplorasi PT. NNT sejak  minggu lalu, sehingga perusahaan pertambangan multinasional tersebut merasa terancam dan dirugikan,
Saat ini ke-8 warga tersebut masih dalam pemeriksaan pihak Polres Sumbawa. Sampai dengan berita ini diturunkan, WARTASumbawa belum mendapat informasi menyangkut ancaman sanksi yang diterima oleh mereka atau apakah akan dibebaskan dengan syarat. (WS)

Kamis, 17 Januari 2013

Massa LLH "Mengamuk" Kembali di Kantor PT. NNT

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Belasan massa LLH yang sejak dua hari lalu menginap di depan kantor perwakilan PT. NNT Sumbawa Besar, Kamis (17/01) kembali 'mengamuk', karena menganggap pihak PT. NNT tidak merespon atas aksi mereka selama ini. Berangkat dari kekecewaan tersebut, massa LLH berniat untuk melakukan usaha penyegelan kembali pintu gerbang kantor. Namun aksi ini tetap mendapat penolakan dari pihak kepolisian yang juga tetap menyuarakan agar orasi yang dilakukan tidak disertai tindakan yang bisa menyalahi UU No. 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan mengeluarkan pendapat di muka umum.
Aksi bakar diri Ketua LLH saat ditahan oleh massa
Tindakan massa aksi yang tidak bergeming menyebabkan pihak kepolisian memukul mundur segelintir massa yang tetap memaksakan untuk menyegel pintu gerbang kantor PT. NNT. Jengah dengan tindakan kepolisian yang dianggap melakukan kekerasan terhadap dirinya, Ketua LLH, M. Taufan didampingi dengan beberapa kawannya melaporkan hal tersebut ke pihak Polres Sumbawa, yang ditemui langsung oleh Kasubag Humas Polres Sumbawa, AKP. Musa SH. Perwira yang pernah lama bertugas di Bima ini menyarankan agar M. Taufan dkk membuat laporan atas tindakan aparat dibagian pelayanan. Saran ini kemudian tidak diindahkan oleh M. Taufan dkk, yang langsung kembali menuju lokasi aksi.
Setelah rehat, massa LLH yang telah mendapat bantuan massa dari LSM Gerakan Rakyat Perduli Daerah (GARUDA) dan LSM Cendrawasih Setia, kembali melakukan orasi disertai dengan ancaman bakar diri oleh M. Taufan. Aksi nekad ini digagalkan oleh para massa aksinya sendiri.
Sementara itu, dari pernyataan sikap yang diperoleh WARTASumbawa, massa LLH menuntut 5 hal, yaitu pelaksanaan program reboisasi hutan dan penataan tata ruang desa di Kec. Lantung dan Kec. Ropang, pembuatan base camp di Kec. Ropang, alokasi anggaran dan pembiayaan tim pemantau kebijakan perusahaan, penghentian pengiriman atau penerimaan tenaga kerja dari luar Kab. Sumbawa, dan pembangunan talut pengaman tebing sungai di Desa Padesa, Kec. Lantung dan perbaikan ruas jalan Lito-Lantung. WARTASumbawa sampai sejauh ini belum mendapat keterangan resmi dari pihak PT. NNT menyangkut aksi massa yang dilakukan oleh LLH dan LSM lainnya. (WS)

Rabu, 16 Januari 2013

Keberatan LLH dan APLS Terkait Pemberdayaan Pengusaha Lokal Oleh PT. NNT

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Dalam kurun waktu seminggu ini telah tercatat dua lembaga lokal, yaitu Lembaga Lingkar Hijau (LLH) dan Asosiasi Pengusaha Lingkar Selatan (APLS) menjadi "trend topic" yang menjadi konsumsi berita dari berbagai media pers, baik lokal maupun nasional atau media cetak dan media visual. Keberadaan dua lembaga ini tidak lepas dari kegiatan yang dilakukan sejauh ini terhadap perusahaan tambang multinasional  PT. NNT, dan secara kebetulan kedua lembaga tersebut dalam aksinya tidak menyatakan adanya jangka waktu tertentu dalam melakukan aksinya.
Terkait dengan fokus terhadap pemberdayaan pengusaha lokal, WARTASumbawa yang mewawancarai kedua pimpinan lembaga ini, yaitu Ketua LLH, M. Taufan, dan Ketua APLS, Ahmad Yani, dan secara kebetulan juga berada dilokasi yang sama, mendapat atensi dan pendapat yang tidak jauh berkaitan dengan aksi yang lembaga mereka masih lakukan sejauh ini.
Ketua LLH, M. Taufan
Ketua LLH, M. Taufan, kepada WARTASumbawa menyatakan bahwa sejauh ini PT. NNT telah menutup kesempatan bagi pengusaha lokal, terutama yang berada diwilayah 6 kecamatan yang terkena dampak langsung operasional PT. NNT di Dodo-Rinti. Akibat dari penutupan kesempatan tersebut, sudah banyak dijumpai pengusaha-pengusaha lokal yang bangkrut.
Keberadaan pengusaha lokal yang ditutup oleh PT. NNT hanya akan membuat masyarakat Kab. Sumbawa marah, karena dinilai hal ini bertentangan  karakter nasyarakat Sumbawa. PT. NNT adalah kapitalis yang tidak perlu mendapat dukungan dari  masyarakat Kab. Sumbawa. "Artinya kita tidak menginginkan untuk menjadi penonton ataupun pengemis dinegeri sendiri", ujarnya kepada WARTASumbawa.
Ketua APLS, Ahmad Yani
Ditempat terpisah namun dilokasi yang sama, Ketua APLS, Ahmad Yani, mengutarakan bahwa sejak kemarin, Selasa (15/01), massa APLS telah melakukan penertiban dan bukan sweeping, sebagai bagian dari kekecewaan terhadap sikap PT. NNT. Kegiatan ini akan bertahan sampai dengan adanya kesepakatan. "Selama belum ada kesepakatan, maka kami minta PT. NNT dan subkonnya untuk hengkang dari wilayah selatan Sumbawa", imbuhnya.
Lebih lanjut Ahmad Yani mengutarakan bahwa aksi penertiban kendaraan oleh APLS adalah dikhususkan kepada kendaraan yang bersentuhan dengan PT. NNT, dan tidak mengganggu kendaraan yang lain. "Apabila PT. NNT masih bersikeras tidak mau mendengar tuntutan kami, maka kami akan tetap menolak keberadaan PT. NNT. Mereka tidak perlu ada di Kab. Sumbawa, pergi saja dari wilayah selatan", tambahnya menutup pembicaraan. (WS)

Tidak Ada Respon PT. NNT, Massa LLH Menginap

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Massa Lembaga Lingkar Hijau (LLH) yang melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor perwakilan PT. NNT Sumbawa Besar pada akhirnya menginap sebagai bentuk kekecewaan atas sikap PT. NNT yang tidak merespon tuntutan massa. Rabu (16/01) hari ini, kembali mereka melakukan orasi dilokasi yang sama, namun dengan jumlah massa yang agak kurang dibandingkan kemarin.
Ketua LLH, M. Taufan dalam orasinya kembali menyatakan tentang tidak adanya itikad baik yang diperlihatkan PT. NNT terhadap masyarakat Kab. Sumbawa, karena kedatangan masyarakat ke kantor perwakilan PT. NNT adalah untuk mencari keadilan. 
Tenda massa LLH yang digunakan untuk menginap
"Rakyat datang mencari keadilan, karena ada kecamatan-kecamatan yang diistimewakan, sementara yang lain tidak mendapatkannya hal tersebut. Bahkan saat ini kedatangan masyarakat ke kantor PT. NNT, tidak ada satupun yang mau menerima, karena karyawannya hilang entah kemana", jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa PT. NNT adalah kaum kapitalis yang tidak perlu didukung, bahkan masyarakat juga menolak keberadaan PT. NNT karena hanya menguntungkan para pejabat tetapi malah merugikan bagi rakyatnya. Oleh karena itu, LLH mengajak masyarakat untuk menolak eksplorasi PT. NNT di Dodo-Rinti, Kec. Ropang.
Ditemui WARTASumbawa disela aksi, M. Taufan menyatakan bahwa LLH akan tetap menduduki kantor PT. NNT, selama pihak manajemen PT. NNT tidak menemui mereka. "Kami akan tetap menduduki kantor ini, dan bahkan akan menurunkan massa lebih banyak lagi apabila pihak manajemen PT. NNT tidak mau menemui kami disini. LLH tidak akan pernah mundur sedikitpun, bahkan siap dengan resiko apapun, karena aksi LLH ini murni dan bukanlah ormas yang melakukan aksi atas bayaran dari siapapun", terangnya menutup pembicaraan. (WS)

Selasa, 15 Januari 2013

Aksi Penghadangan Warga di Desa Marga Karya, Kec. Moyo Hulu

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Aksi penghadangan yang dilakukan oleh masyarakat kembali terjadi diwilayah hukum Kec. Moyo Hulu, dengan target yang yang juga serupa yaitu kendaraan pengangkut kebutuhan atau suplier bagi PT. NNT.  Puluhan massa yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Lingkar Selatan (APLS) dipimpin ketuanya, Ahmad Yani, kembali melakukan aksi penghadangan, yang dalam bahasa massa aksi adalah penertiban dilokasi jalur jalan di Desa Marga Karya, Kec. Moyo Hulu, tepatnya sebelum jembatan dekat dengan Mapolsek Moyo Hulu, Selasa (15/01).
Massa kedua kelompok pada saat penghadangan
Aksi yang diyakini merupakan bentuk kekecewaan terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh PT. NNT, terkait dengan pembagian jatah pasokan bagi pengusaha lokal yang tergabung dalam APLS. Selain itu juga APLS menolak diberlakukannya sistem tender proyek atau System Chain Management (SCM) oleh PT. NNT.
Sempat terjadi sedikit kericuhan ketika puluhan massa tandingan yang dinilai memiliki jumlah massa sebanding, dipimpin oleh Hasan Tekol yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Pendukung Investasi Kecamatan (APPIK) berusaha mendekat dan meminta kepada massa APLS untuk tidak melakukan aksi penghadangan. Namun sebelum aksi berkembang menjadi bentrokan fisik antara kedua kelompok, pihak Polsek Moyo Hulu dipimpin Kapolsek Moyo Hulu, Iptu Syaugi Ansar mengantisipasinya dengan meminta agar aksi penghadangan tidak dilanjutkan dan massa APPIK dapat membubarkan diri.
Ditemui secara terpisah dikantornya, Kapolsek Moyo Hulu, Iptu Syaugi Ansar menjelaskan bahwa aksi yang dilakukan oleh APLS sebenarnya tidak mendapat ijin dari pihak kepolisian, walaupun pemberitahuan aksi sudah disampaikan sejak 3 hari yang lalu. Sementara menyangkut massa tandingan, kapolsek yang dikenal dekat dengan awak media ini menyatakan bahwa tidak ada massa tandingan, tetapi yang datang adalah pengusaha yang menang dalam tender dan hendak membawa barangnya kepada PT. NNT. Sejauh ini belum ada kendaraan yang ditahan oleh pihak massa APLS, namun massa telah menyatakan bahwa aksi penghadangan ini akan berlangsung mulai saat ini sampai dengan waktu yang belum ditentukan. (WS)

LLH Gedor Kantor Perwakilan PT. NNT

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Puluhan massa yang tergabung dalam Lembaga Lingkar Hijau (LLH), Selasa (15/01) melakukan aksi demo tetapt didepan kantor perwakilan PT. NNT, Jl. Garuda, Sumbawa Besar. Aksi yang dipimpin oleh ketuanya, M. Taufan ini berawal dari Lapangan Pahlawan, depan Wisma menuju kantor perwakilan dari perusahaan pertambangan terbesar di NTB dan mendapat pengawalan dari pihak aparat kepolisian.
Massa aksi di depan kantor perwakilan PT. NNT
Dalam demo tersebut, M. Taufan pada intinya menyatakan bahwa aksi yang dilakukan oleh massa LLH saat ini merupakan bentuk kekecewaan masyarakat Sumbawa terhadap praktek ketidakadilan dan ketidaktransparanan manajemen perusahaan pertambangan ini, terutama dalam mempublikasikan total anggaran CSR tiap tahunnya kepada masyarakat Sumbawa. Lebih lanjut dalam orasinya ia mengatakan bahwa aksi yang dilakukan telah dilaporkan kepada pihak Polres Sumbawa sejak tanggal 3 Januari 2013 lalu, sehingga kegiatan tersebut telah sesuai dengan aturan hukum yang ada.
Ketua panitia penyelenggara aksi, Eros Sanjaya yang ditemui dilokasi kepada WARTASumbawa menyatakan bahwa aksi ini direncanakan akan berlangsung selama seminggu, dan selama 24 jam akan terus berada dikantor perwakilan PT. NNT untuk tetap menuntut apa yang menjadi hak masyarakat Sumbawa. Hal tersebut sesuai dengan surat pemberitahuan yang telah kami layangkan kepada pihak Polres Sumbawa bernomor 05/LH/V/2013 tertanggal 3 Januari 2013.
Sempat terjadi kericuhan ketika massa LLH yang berniat menggelar tenda untuk menginap, dihalang-halangi oleh pihak kepolisian yang mengharapkan agar aksi dilakukan dengan orasi saja, tanpa memasang tenda karena dianggap menyalahi aturan terkait ijin mengeluarkan pendapat didepan umum. Namun kericuhan ini tidak berlangsung lama setelah pihak kepolisian mengizinkan untuk memasang tenda tersebut, (WS)

Senin, 14 Januari 2013

Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung UNSA

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Usaha penegerian UNSA semakin keras dilakukan oleh pihak universitas tertua yang sampai saat ini masih berdiri di Kab. Sumbawa tersebut, salah satu upaya itu adalah dengan membangun kampus baru dengan nama Kampus Wisata Universitas Negeri Sumbawa. Bertempat di Olat Giling Monte, Desa Jorok, Kec. Unter Iwes, Senin siang (14/01) Gubernur NTB melakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung UNSA baru. Dalam acara peletakan tersebut juga dihadiri oleh Bupati/Wakil Bupati Sumbawa, Ketua DPRD dan anggota DPRD Kab. Sumbawa, Sultan Sumbawa, anggota forum koordinasi pimpinan daerah, unsur pimpinan SKPD, toga/toma dan undangan lainnya.
Peletakan batu pertama Gedung UNSA
Dalam sambutannya, Rektor UNSA, Prof. DR. Syaifuddin Iskandar, M.Pd., mengatakan bahwa pembangunan kampus baru UNSA merupakan salah satu upaya penegerian Universitas Samawa menjadi Universitas Negeri Sumbawa, termasuk luas 30 hektar yang dipersyaratkan oleh pemerintah. Namun saat ini UNSA terkendala dengan masalah pendanaan dalam hal memenuhi persyaratan tersebut. Masih ada sekitar 10 hektar dari 30 hektar lagi yang harus dipenuhi oleh UNSA. Lebih lanjut rektor UNSA ini menyatakan dengan luas 30 hektar tersebut, kampus baru UNSA ini akan disetting sebagai kampus wisata yang akan diisi oleh berbagai macam fasilitas bangunan untuk publik, seperti perumahan dosen dan karyawan, kolam renang, sport centre dll.
Sementara itu, Gubernur NTB, DR. TGH. M. Zainul Majdi atau lebih dikenal sebagai Tuan Guru Bajang, dalam sambutannya menyatakan bahwa UNSA merupakan satu dari banyak lembaga pendidikan yang lahir dan berkembang atas inisiatif masyarakat. Oleh karena itu UNSA sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi di Pulau Sumbawa diharapkan agar selain mempersiapkan prasarana dan sarana pendidikan yang memadai, hendaknya terus berbenah mempersiapkan kurikulum dan mutu pendidikannya, sehingga kedepan keberadaan UNSA ini bukan justru menjadi menara gading diantara berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan yang ada disekelilingnya. (WS)

Kamis, 10 Januari 2013

Eksekusi Lahan Warga di Kel. Pekat

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Ratusan massa menyemut disepanjang jalan Dr. Cipto, Kel. Pekat, Sumbawa Besar, yang hampir seluruhnya hadir dilokasi untuk menolak rencana eksekusi yang akan dilakukan oleh pihak Pengadilan Negeri Sumbawa Besar, Kamis ini (10/01), atas sebidang lahan yang merupakan milik keluarga besar H. Mahmud. Berdasarkan pantauan WARTASumbawa, massa yang sebagian besar merupakan warga setempat sebelumnya sudah sejak rabu malam kemarin, bergerombol didekat lokasi eksekusi. 
Saat negosiasi pengadilan dengan ahli waris H. Mahmud
Keluarga besar H. Mahmud, yang diwakili ahli warisnya, Drs. Dahlan HM., dalam pernyataan sikapnya menyatakan bahwa penolakan yang dilakukan bukan sekedar sikap yang membabi buta, tanpa dasar dan alasan yang kuat atau suatu sikap yang melawan hukum, namun sikap yang didasari dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Selain itu batas-batas yang ditunjuk oleh pemohon eksekusi, dalam hal ini ahli waris H. Ahmad adalah batas-batas objek yang merupakan hak milik yang sah dan berkekuatan hukum tetap dari H. Mahmud sesuai dengan sertifikat dan dokumen hukum lainnya. Jadi sebagai ahli waris dan keluarga besar H. Mahmud, tanpa atau dengan konsekuensi apapun bentuknya menyatakan sikap menolak secara tegas eksekusi yang akan dilakukan oleh Pengadilan Negeri Sumbawa Besar.
Diperoleh informasi bahwa eksekusi telah kesekian kalinya dilakukan oleh pihak Pengadilan Negeri Sumbawa Besar dibantu oleh aparat kepolisian dari Polres Sumbawa, namun sama seperti upaya eksekusi sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu eksekusi ini kembali gagal dilakukan oleh pihak pengadilan, walaupun sempat terjadi sedikit konflik antara masyarakat dengan pihak kepolisian yang dianggap akan mendekati objek lahan sengketa. Sikap kehati-hatian masyarakat terutama pihak keluarga besar H. Mahmud selaku ahli waris seperti ini juga sempat menimpa salah satu awak media yang sebelumnya tidak diizinkan untuk mengambil gambar sebelum mendapat izin dari mereka. Namun kemudian diperbolehkan masuk ke lahan sengketa dimaksud setelah pihak keluarga besar H. Mahmud mengizinkannya.
Sampai berita ini ditulis, situasi dan kondisi dilokasi eksekusi berdasarkan pantauan WARTASumbawa masih terlihat berkumpulnya warga masyarakat dan keluarga besar H. Mahmud yang berjaga-jaga didepan lokasi, walaupun cuaca saat ini kurang bersahabat. (WS)

Rabu, 09 Januari 2013

KPK STN Serbu Kantor Bupati dan Dinas Pertanian Kab. Sumbawa

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Puluhan aktivis Komite Pimpinan Kabupaten - Serikat Tani Nasional (KPK-STN) dan warga Desa Telaga, Kec. Lenangguar, Rabu siang ini (09/01) menyerbu Kantor Bupati Sumbawa untuk menyuarakan persoalan tapal batas antara Desa Telaga, Kec. Lenangguar dengan Desa Senawang, Kec. Orong Telu. Massa yang melakukan aksi long march ini bergerak dari Lapangan Pahlawan, depan Wisma Daerah menuju Kantor Bupati Sumbawa, sambil berorasi. Korlap aksi, Khaeruddin menyatakan bahwa persoalan tapal batas antara dua kecamatan tersebut dikhawatirkan akan memicu konflik horizontal antar warga di dua kecamatan. Sejauh ini mereka sudah menyuarakan hal yang sama dan bertemu dengan Komisi I DPRD Kab. Sumbawa, namun tidak juga menyelesaikan persoalan.
Massa di Kantor Bupati Sumbawa
Asisten I Setda Sumbawa, Drs. Umar Idris didampingi Kadis Pertanian, Ir. Thalifuddin, M.Si., Kadishutbun, Ir. Sigit Wiratsongko, dan Camat Lenangguar, Hartono, SH., menanggapi tuntutan massa menyatakan bahwa pemerintah daerah memperkirakan pada awal Februari 2013 ini keputusan tentang tapal batas tersebut sudah bisa ditetapkan oleh Bupati Sumbawa, dan akan disampaikan kepada pemerintah kecamatan masing-masing untuk kemudian disosialisasikan kepada masyarakatnya.
Setelah puas mendengarkan janji pemerintah daerah, massa KPK-STN bersama warga Desa Telaga bergerak menuju Kantor Dinas Pertanian Kab. Sumbawa untuk menyampaikan persoalan lain, terkait permasalahan pertanian di Desa Telaga. Dalam pertemuan dengan pihak Dinas Pertanian Kab. Sumbawa, massa menuntut penjelasan seputar persoalan pupuk yang langka atau terlambat diterima oleh petani, masalah gapoktan yang sampai dengan saat ini tidak berjalan sebagaimana mestinya, dan ulah oknum PPL yang diduga melakukan pungli dan tidak transparan dalam setiap penyaluran program ke petani.
Kadis Pertanian, Ir. Thalifuddin, M.Si., yang didampingi Camat Lenangguar, Hartono, SH, dan Kapolsek Lenangguar, Suryana, menanggapi hal tersebut mengatakan bahwa pupuk sebenarnya tidak terjadi kelangkaan, namun hanya ada pergantian dari pupuk Urea beralih menjadi pupuk NPK. Pupuk NPK ini masih belum populer dimata petani di Desa Telaga, padahal pupuk NPK merupakan pengganti/alternatif dari pupuk Urea. Sedangkan adanya keterlambatan pendistribusian pupuk lebih disebabkan adanya perubahan mekanisme sistem distribusi, yaitu dari distribusi oleh masing-masing distributor berubah menjadi sistem holding, atau penyatuan distribusi pupuk dari semua distributor terlebih dahulu baru kemudian disebar ke masyarakat. Sementara menyangkut persoalan gapoktan, saat ini Dinas Pertanian Kab. Sumbawa sedang menata gapoktan yang ada, termasuk persoalan pertanggungjawaban dana bantuan sebesar Rp. 100 juta. Sedangkan menyangkut adanya ulah oknum PPL yang diduga melakukan pungli dan tidak transparan, Dinas Pertanian tidak memiliki wewenang untuk itu. Massa disarankan untuk dapat menemui pihak Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kab. Sumbawa, sebagai lembaga yang membawahi para PPL yang ada. (WS)

Selasa, 08 Januari 2013

Taliwang Dilanda Banjir Bandang

Taliwang, WARTASumbawa.
Awal tahun 2013 ini, Selasa (08/01), Kota Taliwang, Kab. Sumbawa Barat (KSB) kembali dilanda banjir bandang, yang memenuhi seisi kota dengan air kotor dengan ketinggian yang beragam, dari setinggi mata kaki orang dewasa sampai dengan ketinggian sekitar 1 meter. Banjir bandang ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi sejak sore hingga menjelang pagi hari yang melanda Taliwang. Banjir diketahui mulai naik dan masuk kewilayah pemukiman penduduk diperkirakan sekitar jam 06.00 Wita, akibat pertemuan aliran air dari dua sungai besar yang membelah Taliwang, yaitu aliran sungai Brang Ene dan Brang Rea. Berdasarkan pengamatan WARTASumbawa, sekitar pukul 07.00 Wita, air sudah mulai naik menuju komplek perkantoran Kemutar Telu Centre, dan sekitar pukul 08.00 WITA, seluruh Kota Taliwang dipastikan telah tergenang oleh air.
Banjir di jalur jalan utama di Taliwang
Namun sejauh ini belum diketahui adanya kerugian jiwa akibat banjir tersebut, sedangkan kerugian materiil yang saat ini terpantau secara langsung dilapangan hanyalah rumah pemukiman warga yang terendam. Seluruh kegiatan warga maupun perbankan menjadi lumpuh total, karena tidak ada suplai listrik PLN yang sampai berita ini diturunkan masih padam. 
Walaupun banjir saat ini sudah mulai surut, namun sebagian besar warga masyarakat masih terpaksa mengungsi ke wilayah yang tidak terkena banjir tinggi, terutama yang berada diluar wilayah kota menuju Kec. Seteluk, atau memilih untuk tetap berada dirumahnya sendiri yang bertingkat atau lantai dua. 
Sementara pihak pemerintah daerah, melalui BPBD KSB sendiri sudah melakukan evakuasi dan mendirikan posko-posko, termasuk mendirikan dapur lapangan. Bantuan saat ini sudah didistribusikan oleh beberapa pihak, diantaranya PT. Prasmanan Boga Utama (PBU), PT. Trakindo, dll. (WS)

Senin, 07 Januari 2013

Tuntut Jalan, Warga Bage Loka 'Serang' PT. NNT dan Dinas PU

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Ratusan massa warga Dusun Bage Loka - Gris, yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Bage Loka - Gris (FKMB-G), Senin siang (07/12) mendatangi kantor perwakilan PT. NNT dan Kantor Dinas PU Kab. Sumbawa untuk menuntut pembangunan jalan diwilayah mereka. Aksi yang dikomandani Ketua Yon Maryono, S.Pdi, ini tak pelak membuat arus lalulintas didepan kantor PT. NNT menjadi macet. FKMB-G membawa tuntutan agar jalan lintas utama Lito, Bage Loka-Gris masuk dalam penganggaran APBD Tahun 2013 dan segera melakukan peninjauan serta perbaikan infrastruktur jalan diwilayah tersebut.
Aksi massa di depan Kantor Dinas PU Kab. Sumbawa
Sementara itu dalam aksinya, Yon Maryono menyatakan secara lantang bahwa keberadaan warga masyarakat Dusun Bage Loka dan Dusun Gris, Desa Lito, Kec. Moyo Hulu, ini terkait dengan sarana jalan yang sudah menjadi kebutuhan, dan bukan lagi keinginan semata. jalan lintas utama Lito-Bage Loka-Gris, tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah maupun para penanam saham seperti PT. NNT. Bahkan proposal yang diajukan oleh warga sampai saat ini belum mendapat respon positif dari pihak PT. NNT, sehingga warga menyatakan tidak akan segan-segan untuk menghentikan segala aktifitas yang berkenaan dengan dunia pertambangan, terutama dengan keberadaan PT. NNT.
Namun aksi di kantor milik perusahaan pertambangan multinasional ini tidak berlangsung lama karena tidak ada satupun perwakilan PT. NNT yang mau menemui massa aksi. Massa kemudian bergerak menuju kantor Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kab. Sumbawa dengan membawa tuntutan yang sama. Belum berselang lama melakukan orasi, pihak Dinas PU Kab. Sumbawa langsung berinisiatif mengundang perwakilan massa untuk bertemu langsung dengan pucuk pimpinan di dinas tersebut. Kadis PU Kab. Sumbawa, H.A. Saad Abdullah, ST., yang menerima perwakilan massa di ruang kantornya menyatakan, bahwa terkait dengan tuntutan warga masyarakat Dusun Bage Loka dan Dusun Gris, Desa Lito untuk membangun atau memperbaiki jalan, sebenarnya tidak bisa dilakukan dalam APBD 2013 karena pembahasan APBD 2013 sudah selesai dilakukan dan sudah "diketuk palunya" oleh DPRD Kab. Sumbawa. Namun Dinas PU Kab. Sumbawa akan memberikan jalan keluar yaitu dengan adanya proyek penunjang jalan dahulu untuk tahun 2013, dan bukan pembangunan atau perbaikan/rehab total jalan. Proyek tersebut tidak sama dengan pembangunan ataupun rehab jalan, namun hanya melakukan penambalan sementara dititik langsung ruas jalan yang mengalami kerusakan. Artinya untuk saat ini, menjawab kebutuhan masyarakat Dusun Bage Loka - Gris pada tahun 2013 ini akan digunakan dana penunjang yang ada di Dinas PU Kab. Sumbawa, dan dalam APBD-P 2013 mendatang akan dibuatkan Detailed Engineering Design (DED), sehingga pada tahun 2014 mendatang bisa langsung dimasukkan dan dianggarkan pada APBD 2014. (WS)