Halaman

Sabtu, 01 Juni 2013

Temu Dialog RI-2 Dengan Para Petani, Peternak, dan Pendidik di Kampus UTS

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Bertempat di Kampus UTS, Desa Batu Alang, Kec. Moyo Hulu, Sabtu (01/6), Wapres RI, Prof. Boediono melakukan temu dialog dengan para petani, peternak dan pendidik se-Kab. Sumbawa. Temu dialog yang berlangsung selama satu jam ini, tampak dihadiri oleh para petinggi daerah dan penanggungjawab keamanan, baik dari TNI maupun Polri. Sementara peserta undangan temu dialog yang hampir mencapai 600 orang ini terpaksa menunggu satu jam lamanya akibat keterlambatan RI-2 ke lokasi acara, setelah diperoleh informasi bahwa terjadi keterlambatan dikarenakan tertundanya juga landing pesawat kepresidenan ke Bandara Sultan Kaharuddin III. Namun keterlambatan tersebut tidak menyurutkan para undangan untuk tetap antusias menyambut kedatangan RI-2. Hal ini dapat dimaklumi karena momen kedatangan orang nomor dua di republik ini merupakan kesempatan yang sangat langka, dan baru terjadi pasca era reformasi saat ini di Kab. Sumbawa.
DR. Zulkiflimansyah memberikan sambutannya
Kedatangan Wapres RI yang diikuti juga oleh beberapa menteri dan direksi beberapa bank terkemuka ditanah air mendapat aplaus dari para tamu undangan beberapa saat setelah memasuki areal lokasi pertemuan. Dalam kesempatannya memberikan sambutan pertama kali, Pendiri yang juga Rektor UTS, DR. Zulkiflimansyah menyampaikan bahwa Kab. Sumbawa terbangun dengan konsep Sabalong Samalewa yang berarti keseimbangan yaitu sehat secara fisik dan memiliki keluhuran budi. Sosok Prof. Boediono sudah mempresentasikan konsep ini secara keseluruhan. Sementara berdirinya UTS juga memiliki tujuan yang sama dengan konsep Sabalong Samalewa ini. Wakil Gubernur NTB, Ir. Badrul Munir, dalam kesempatan selanjutnya mengapresiasi kedatangan Wapres RI sebagai suatu kehormatan, tidak hanya bagi masyarakat Kab. Sumbawa tetapi juga masyarakat NTB. Lebih lanjut Bam biasa Wagub disebut, juga menegaskan adanya keinginan UTS yang diskenariokan sebagai salah satu universitas unggulan di NTB.
Wapres RI, Prof. Boediono yang menjadi tokoh sentral temu dialog ini menyampaikan maksud kedatangan rombongan sebagai salah satu upaya memecahkan masalah yang dihadapi para petani, peternak dan pendidik yang ada di Kab. Sumbawa, dan bukan untuk berjanji dengan memberikan jawaban instan, karena ada tahapan proses pemecahan masalah tersebut. Disamping itu beliau juga menyanjung ide dan semangat pendirian UTS oleh putra daerah yang sangat peduli terhadap pembangunan IPM tanah kelahirannya. Beberapa hal dalam sesi tanya jawab yang disampaikan oleh tiga orang penanya, yaitu Kepsek SMAN 2 Sumbawa Besar, M. Ali HK., S.Pd, M.Pd dari perwakilan pendidik, warga Dusun Malili, Desa Berare, Kec. Moyo Hulu, H. Amrullah dari perwakilan petani, dan warga Desa Lape, Kec. Lape, Amir Mahmud dari perwakilan peternak, mampu dijawab dengan baik oleh Wapres dan beberapa menteri serta direktur bank terkemuka ditanah air. Berakhirnya acara temu dialog ini setelah Wapres RI beserta rombongan meninggalkan tempat acara berlangsung untuk selanjutnya menuju BIL dengan pesawat kepresidenan yang sudah menunggu di Bandara Sultan Kaharuddin III.
Berdasarkan pantauan WARTASumbawa, baik lokasi pertemuan maupun bandara mendapat pengawalan yang sangat ketat, dan bahkan berlapis, baik Ring I sampai dengan Ring III. Terlihat pengamanan berlapis tersebut untuk mengantisipasi segala kemungkinan terhadap adanya hambatan maupun gangguan yang dapat terjadi selama pelaksanaan kunjungan kerja RI-2 ke Kab. Sumbawa. (WS)

Aksi HMI Cab. Sumbawa Berlangsung Ricuh

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Aksi HMI Cab. Sumbawa yang ingin menyampaikan aspirasinya kepada RI-2 yang datang melakukan kunjungan kerja ke Kab. Sumbawa,  Sabtu (01/6) di Lapangan Pahlawan, berlangsung ricuh setelah massa HMI Cab. Sumbawa yang berjumlah puluhan itu terlibat bentrok dengan aparat petugas kepolisian dari Polres Sumbawa. Aparat kepolisian yang datang langsung memblokir jalan bagi para mahasiswa yang tergabung dalam HMI Cab. Sumbawa dibawah pimpinan Ketua HMI Cab. Sumbawa, Yahandra Muslimin, yang akan bergerak menuju jalan raya depan Lapangan Pahlawan. Kendaraan truk water canon yang dipersiapkan untuk menghalau massa HMI terpaksa memuntahkan airnya untuk membubarkan paksa massa aksi.
Aksi HMI Cab. Sumbawa sebelum bentrokan
Semprotan water canon dari kepolisian tersebut tidak pandang bulu, selain menjatuhkan dan menceraiberaikan massa aksi, juga menyebabkan beberapa orang massa aksi harus digotong keluar dari lokasi aksi dan tampak juga menghantam awak media yang terlihat kotor dan kumal karena terkena noda tanah akibat keasnya hantaman water canon. Tidak berselang lama untuk menghindari adanya tembakan water canon kembali massa HMI mengalihkan jalan keluar dengan bergerak mendekat ke ujung lapangan lainnya, tepat dengan pintu masuk Wisma Daerah. Namun lagi-lagi aparat kepolisian melakukan penghadangan kembali dan sempat terjadi beberapa kali aksi dorong antara massa aksi dengan pihak kepolisian. Akibat aksi ini dua orang mahasiswa ditandu oleh rekannya menjauh dari lokasi aksi, akibat jatuh dan terluka pada saat aksi dorong mendorong. Massa HMI terus merangsek maju untuk keluar dari areal Lapangan Pahlawan, namun tetap tidak bisa, sehingga massa aksi menghentikan sementara waktu aksinya dan melakukan aksi teatrikal didalam Lapangan Pahlawan.
Massa HMI pada akhirnya bisa menjauh setelah mereka secara beriringan bergerak menuju Masjid Nurul Huda untuk melaksanakan ibadah shalat Zhuhur, namun lagi-lagi aparat kembali melakukan blokade diseberang pintu masuk areal masjid. Aksi kucing-kucingan antara massa aksi dengan aparat kepolisian berakhir di simpang Brang Bara, setelah terjadi bentrokan antara keduanya sehingga mengakibatkan salah seorang peserta aksi, Agus Subandi yang biasa dikenal vokal, harus ditandu keluar oleh rekan-rekannya setelah pingsan akibat bentrokan tersebut. Aksi ricuh ini tidak berlangsung setelah massa aksi mulai mengundurkan diri secara perlahan, namun aparat kepolisian terlihat tetap berjaga-jaga untuk menghindari segala kemungkinan yang dapat menghambat kelancaran dari kunjungan kerja RI-2 ke Kab. Sumbawa. (WS)

Aksi Tolak Kedatangan RI-2 oleh FKR

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
FKR yang dipimpin Rustam Effendi memenuhi janjinya untuk mengadakan aksi menolak kedatangan RI-2, Sabtu (01/6), setelah sebelumnya melakukan aksi serupa di Simpang Jam Gadang dan Bandara Sultan Kaharuddin III. Sebanyak belasan massa FKR yang merupakan gabungan dari KOKAM, SPAS, OPM, LMND, JANKIS, MAPALA LESTARI, dan GERPAD, menggelar aksi long march sambil berorasi, dengan bergerak dari titik awal di SMA Samawa atau kampus UNSA lama, depan kantor PT. Telkom Sumbawa menuju Simpang Pasar Seketeng. 
Aksi FKR dengan melakukan long march sambil orasi
Dalam pernyataan sikapnya yang disebar pada saat aksi, FKR menyatakan bahwa praktis sejak Orde Baru sampai dengan reformasi sekarang ini, nilai-nilai Pancasila hanya menjadi benda pusaka yang disimpan oleh pemerintah dalam peti besi. Apa yang tercantum dalam nilai-nilai Pancasila hanya mimpi belaka karena pemerintah dan partai-partai hanya melahirkan para koruptor dan merusak nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Lebih lanjut FKR menegaskan apabila kedatangan Boediono ke Sumbawa seharusnya ditangkap dan diadili untuk mengembalikan uang rakyat yang telah dirampoknya. Penyambutan Boediono yang berlebihan adalah luka bagi warga Sumbawa karena beberapa rute ditutup, dan menghambat warga Sumbawa untuk mencari rezeki seperti pedagang bakulan dilarang untuk berjualan dijalur yang dilewati dan hampir semua toko-toko ditutup. Sementara Pemda Sumbawa yang gila hormat pada atasannya adalah cerminan bahwa Pemda Sumbawa tidak berpihak kepada rakyat miskin, dan malah berpihak kepada koruptor perusak dan memiskinkan rakyatnya. Sementara FKR dalam tuntutannya menyatakan a.l menolak kenaikan harga BBM, menghukum para koruptor termasuk Boediono, naikkan harga komoditi petani (gabah, jagung, dll), tolak UU Perguruan Tinggi, nasionalisasi aset-aset asing, dan bangun bendungan bukan pertambangan. 
Aksi FKR pada akhirnya dibubarkan aparat kepolisian dari Polres Sumbawa, yang sebelumnya juga telah melakukan negosiasi dengan FKR untuk tidak melakukan aksinya lebih lama lagi. Nampaknya pihak Polres Sumbawa juga tidak main-main untuk mengamankan kedatangan RI-2 ke Kab. Sumbawa, mengingat kehadiran orang nomor dua di republik ini merupakan kehadiran pertama kali pasca era reformasi. Hal ini tampak pada kehadiran beberapa petinggi Polri di Polda NTB, selain Kapolda NTB, yang juga turut aktif mengamankan situasi dan kondisi menjelang saat-saat kedatangan RI-2. Aksi FKR secara keseluruhan berjalan dengan tertib, tanpa ada bentrokan yang berarti, jauh dari seperti apa yang diprediksikan sebelumnya. (WS)