Halaman

Sabtu, 22 Juni 2013

Menjelang Detik-Detik Kenaikan Harga BBM, FKR Kembali Demo

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Front Keadilan Rakyat (FKR) kembali melakukan aksi demonstrasi, Jum'at (21/6) malam, yang dipusatkan di Simpang Jam Gadang, Sumbawa Besar. Aksi puluhan massa yang merupakan gabungan dari LMND, GERPAD, STN dan SBMI ini merupakan lanjutan aksi-aksi mereka sebelumnya terkait dengan penolakan kenaikan harga BBM. Dipimpin korlapnya, Rustam Effendi (Ketua FKR), massa yang berangkat dan melakukan long march dari Lapangan Pahlawan menuju Simpang Jam Gadang tidak henti-hentinya berorasi mengutuk pemerintah yang menaikkan harga BBM.
Massa FKR saat pembakaran ban bekas
FKR dalam orasinya menyatakan bahwa kenaikan harga BBM yang sebentar lagi diberlakukan menandakan bahwa pemerintah SBY-Budiono tidak pro rakyat dan hanya menjadi boneka dari Amerika. Pemerintahan SBY-Budiono tidak memahami dampak yang akan meluas apabila kenaikan harga BBM diterapkan, yaitu kenaikan harga-harga barang lainnya termasuk kebutuhan pokok juga akan ikut naik. Atas dasar itu maka FKR menuntut  agar SBY-Budiono mundur dari jabatannya.
Massa yang sempat membakar ban bekas tersebut kemudian bergerak dan berhenti di Simpang Jam Gadang ini, terlihat mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Setelah puas berorasi, massa FKR akhirnya duduk bergerombol di Tugu Jam Gadang menunggu informasi kenaikan harga BBM. Setelah mendengar adanya informasi kenaikan harga BBM, massa pada akhirnya berangsur-angsur membubarkan diri.
Belum diketahui secara jelas sikap massa FKR terkait dengan kenaikan harga BBM yang sudah diumumkan pemerintah melalui media massa, namun dari informasi yang diperoleh dari salah satu peserta aksi bahwa pada saat duduk bergerombol tersebut massa menyepakati untuk tidak lagi melakukan aksi menolak kenaikan harga BBM karena momen dan isu-nya sudah lewat. (WS)

Selasa, 18 Juni 2013

PRM Bima Tolak Kenaikan Harga BBM

Bima, WARTASumbawa.
Aksi penolakan kenaikan BBM dan BLSM kembali dilakukan oleh puluhan massa yang tergabung dalam Persatuan Rakyat dan Mahasiswa (PRM), di Kota Bima, Selasa (18/6). Hujan yang turun terus menerus tidak menyurutkan massa aksi untuk menggelar demonstrasi di 4 lokasi yang akan mereka sasar, yaitu perempatan Gunung Dua, SPBU Taman Ria, Kantor DPRD Kab. Bima, dan Pemkot Bima. PRM kali ini merupakan gabungan dari berbagai elemen, antara lain LMND, KSP, SMI, PAGAR dan ALIANSINDO. Tuntutan yang mereka akan sampaikan selain dari penolakan tegas terhadap kenaikan harga BBM dan BLSM, juga meminta nasionalisasi aset-aset asing untuk kesejahteraan rakyat, sita aset para koruptor, turunkan harga barang, cabut UU No. 22/2001 yang kontradiktif dengan UUD'45 pasal 33 ayat 1-5, musnahkan imperialisme di Indonesia, cabut UU PMA, dan terakhir sebagai tuntutan pamungkas adalah meminta SBY-Boediono untuk mundur dari jabatannya karena telah gagal mensejahterakan rakyatnya. 
Massa aksi PRM sebelum melakukan long march ke lokasi
Aksi massa yang dikomandani korlapnya, Suprindo, diawali dengan melakukan aksi di perempatan Gunung Dua, kemudian bergerak menuju SPBU Taman Ria dan melakukan orasi. Aksi dilanjutkan mengarah ke Kantor DPRD Kab. Bima untuk bertemu dengan para anggota dewan. Namun massa aksi gigit jari manakala mereka menemukan tidak ada satupun anggota dewan yang berada diruangan kantornya. Tiga orang perwakilan massa yang diijinkan masuk ke kantor DPRD Kab. Bima untuk mengecek langsung kesemua ruangan memastikan keberadaan anggota dewan, langsung keluar bertemu dan menyampaikan perihal kekosongan tersebut kepada para koleganya. Menurut informasi yang disampaikan pihak Setwan bahwa seluruh anggota dewan sedang berada diluar kota, antara lain Palembang dan Pulau Seribu.
Kecewa setelah mendapati kantor DPRD Kab. Bima kosong,massa  bergerak kembali menuju perempatan Gunung Dua untuk kembali melakukan orasi. Namun sekitar pukul 13.00 Wita, massa berangsur-angsur membubarkan diri, tetapi mereka berjanji akan menurunkan massa kembali dengan jumlah yang lebih besar. Berdasarkan pengamatan WARTASumbawa, jalannya aksi masih tertib dan aman. Tidak terjadi konflik fisik antara aparat dengan massa aksi. (WS)

Senin, 17 Juni 2013

FKR Goyang Pemda Soal Penolakan Kenaikan Harga BBM

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Belasan pemuda yang tergabung dalam Front Keadilan Rakyat (FKR) kembali menggoyang Kantor Bupati Sumbawa terkait dengan melakukan aksi demo penolakan terhadap kenaikan harga BBM, Senin (17/6) siang. Dalam aksi yang dilakukan dengan melakukan long march dan orasi diseputaran Simpang Jam Gadang, Sumbawa Besar, massa menyindir pemerintahan SBY-Boediono tentang kebijakan untuk menaikkan harga BBM yang dianggap tidak pro kepada rakyat.
Demo FKR di depan Kantor Bupati Sumbawa
FKR yang dikomandani korlapnya, Siso Siswanto, mengajak masyarakat untuk turun kejalan menyuarakan penolakan kenaikan BBM, karena dinilai hanya menyengsarakan rakyat. Kenaikan harga BBM akan diikuti juga oleh kenaikan harga bahan-bahan pokok atau sembako. Pemberian BLSM kepada masyarakat miskin justru tidak berdampak positif pada masyarakat, karena harga bahan-bahan pokok tersebut juga akan merangkak naik mengikuti kenaikan harga BBM.
FKR juga menilai bahwa pemerintahan SBY-Boediono hanya mendukung kaum kapitalis asing, yang dianggap sebagai biang dari kenaikan harga BBM di Indonesia, dengan menggunakan spekulan-spekulan asing yang diberikan perlindungan oleh pemerintahan SBY-Boediono. Sehingga pada akhirnya masyarakatlah yang menderita akibat ulah pemerintah.
Aksi FKR ini sendiri tidak mendapat atensi dari pihak pemkab yang tidak menemui massa, walaupun massa masih melakukan orasi menolak kenaikan harga BBM ini. Setelah dinilai cukup menyuarakan aspirasinya, massa FKR membubarkan diri dengan tertib, dengan pengawalan Satpol PP.
Menyangkut aksi penolakan kenaikan harga BBM sejauh ini sudah berlangsung diberbagai daerah, terutama yang dilakukan oleh pihak pemuda dan mahasiswa, bahkan tidak jarang muncul konflik fisik antara para pendemo dengan aparat kepolisian yang bertugas. Walaupun kenaikan harga BBM belum diumumkan dan dilakukan dilapangan, namun rencana kenaikan BBM sudah banyak memunculkan kontroversi ditengah masyarakat. (WS)


Selasa, 04 Juni 2013

Ganggu Ketentraman, Satpol PP Gelar Opgab

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Sebanyak 10 orang yang menamakan dirinya Punk Street, diamankan oleh Tim Opgab yang digelar pada Selasa, (04/6) di seputaran Kota Sumbawa Besar. Ke-10 orang anak Punk Street tersebut terdiri dari 3 perempuan dan 7 laki-laki. tersebut  Turut bersama ke-10 orang tersebut, diamankan juga seorang ibu beserta 3 orang anaknya, yang diduga menjadi pengemis dan setiap harinya melakukan aksi meminta-minta. Baik ke-10 orang dan seorang ibu beserta 3 anaknya diamankan di Lapangan Pahlawan, Jl. Merdeka. Dari hasil wawancara WARTASumbawa dengan salah seorang komunitas Punk Street ini menyatakan bahwa komunitas punk ini terbentuk dengan tujuan ingin meminta perhatian dari pemerintah daerah. Sementara dari para anggota komunitas yang telah diamankan tersebut rata-rata masih sangat muda, yaitu antara 16 s/d 22 tahun
Para anak punk street saat diamankan oleh tim Opgab
Setelah menyambangi areal Lapangan Pahlawan, Tim Opgab kembali melakukan pendalaman terhadap peredaran minuman keras (miras) diwilayah Gang Teratai, Kampung Bugis, Kab. Sumbawa. Dari hasil penyelidikan tersebut ditemukan adanya barang bukti berupa 6 botol Aqua tanggung dan 1 botol Aqua besar ukuran 2,5 liter, milik seorang warga setempat atas nama Ny. LP di Kampung Bugis, Gang Teratai RT 05/04.
Tim Opgab kemudian melanjutkan operasinya dengan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Lurah Brang Biji, Syahruddin, untuk bersama-sama bergerak, terutama dengan target terhadap rumah-rumah kost dll. Dari beberapa rumah kost yang didatangi Tim Opgab. tidak ada satupun yang berhasil diamankan. Diduga adanya razia opgab oleh tim ini telah bocor sebelumnya. (WS)

Senin, 03 Juni 2013

Demo HMI Cab. Sumbawa di Mapolres Sumbawa Berlangsung Ricuh

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Puluhan massa dari HMI Cab. Sumbawa dibawah pimpinan ketua cabangnya, Yahandra Muslimin, Senin siang ini (03/6) melakukan aksi demonstrasi di Mapolres Sumbawa. Tuntutan yang disampaikan kepada Mapolres Sumbawa terkait dengan insiden bentrokan antara HMI Cab. Sumbawa dengan aparat kepolisian pada sabtu kemarin, 1 Juni 2013 terkait dengan kedatangan Wapres RI ke Kab. Sumbawa dalam rangka temu dialog dengan para petani, peternak dan pendidik se-Kab. Sumbawa. Adapun tuntutannya yaitu mendesak Kapolres Sumbawa untuk mundur dari jabatannya, dan meminta Kapolres Sumbawa untuk meminta maaf kepada keluarga besar HMI Cab. Sumbawa melalui media terkait insiden pada saat demonstrasi pada 1 Juni 2013 yang menyebabkan 2 orang aktivis HMI terluka.
Aksi HMI Cab. Sumbawa didepan Mapolres Sumbawa
HMI Cab. Sumbawa pada intinya menilai bahwa aparat kepolisian dari Polres Sumbawa telah memperlihatkan praktek brutalisme dan anarkisme, yang disebabkan oleh ketidakbecusan Kapolres Sumbawa dalam mengkoordinir anggotanya. HMI Cab. Sumbawa juga menyatakan bahwa Kapolres Sumbawa tidak mampu memahami dan mempraktekkan hal tersebut dalam berinteraksi, serta berkomunikasi dengan masyarakat terkesan pasif dan tidak aktif.
Aksi yang sempat diwarnai kericuhan akibat adanya penangkapan terhadap salah seorang massa aksi demonstran yang melakukan tindakan provokatif dengan melempar gelas air, memaksa Kapolres Sumbawa, AKBP. Karsiman, S.IK, MM, turun tangan dengan memerintahkan anak buahnya melepaskan seorang massa aksi yang ditangkap dan melakukan dialog dengan massa HMI Cab. Sumbawa, yang pada saat aksi telah melakukan pembakaran ban. Massa HMI Cab. Sumbawa yang mendesak Kapolres Sumbawa untuk menandatangani surat pernyataan kesediaan untuk mundur dari jabatannya, tidak dipenuhi oleh Kapolres Sumbawa. Kapolres Sumbawa bahkan justru mengajak massa HMI Cab. Sumbawa untuk berdialog secara arif dan bijaksana, dan bukan justru dengan cara menghujat. Bahkan kepolisian akan menerima kepada siapapun untuk bebas mengkritik kinerja aparat kepolisian selama itu disampaikan dengan cara yang santun.
"Apabila ada sesuatu hal yang ingin disampaikan, saya siap membuka ruang dikantor maupun dirumah. Silahkan untuk menemui saya apabila ada hal yang perlu dibicarakan, selama itu sopan dan bijaksana", imbuh Karsiman didepan massa aksi.
Berdasarkan pantauan WARTASumbawa, aksi HMI Cab. Sumbawa ini mendapat perhatian dari para warga yang secara kebetulan melewati jalur depan Mapolres Sumbawa, dan bahkan ada masyarakat yang sengaja menonton sehingga menunda perjalanannya. (WS)

Sabtu, 01 Juni 2013

Temu Dialog RI-2 Dengan Para Petani, Peternak, dan Pendidik di Kampus UTS

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Bertempat di Kampus UTS, Desa Batu Alang, Kec. Moyo Hulu, Sabtu (01/6), Wapres RI, Prof. Boediono melakukan temu dialog dengan para petani, peternak dan pendidik se-Kab. Sumbawa. Temu dialog yang berlangsung selama satu jam ini, tampak dihadiri oleh para petinggi daerah dan penanggungjawab keamanan, baik dari TNI maupun Polri. Sementara peserta undangan temu dialog yang hampir mencapai 600 orang ini terpaksa menunggu satu jam lamanya akibat keterlambatan RI-2 ke lokasi acara, setelah diperoleh informasi bahwa terjadi keterlambatan dikarenakan tertundanya juga landing pesawat kepresidenan ke Bandara Sultan Kaharuddin III. Namun keterlambatan tersebut tidak menyurutkan para undangan untuk tetap antusias menyambut kedatangan RI-2. Hal ini dapat dimaklumi karena momen kedatangan orang nomor dua di republik ini merupakan kesempatan yang sangat langka, dan baru terjadi pasca era reformasi saat ini di Kab. Sumbawa.
DR. Zulkiflimansyah memberikan sambutannya
Kedatangan Wapres RI yang diikuti juga oleh beberapa menteri dan direksi beberapa bank terkemuka ditanah air mendapat aplaus dari para tamu undangan beberapa saat setelah memasuki areal lokasi pertemuan. Dalam kesempatannya memberikan sambutan pertama kali, Pendiri yang juga Rektor UTS, DR. Zulkiflimansyah menyampaikan bahwa Kab. Sumbawa terbangun dengan konsep Sabalong Samalewa yang berarti keseimbangan yaitu sehat secara fisik dan memiliki keluhuran budi. Sosok Prof. Boediono sudah mempresentasikan konsep ini secara keseluruhan. Sementara berdirinya UTS juga memiliki tujuan yang sama dengan konsep Sabalong Samalewa ini. Wakil Gubernur NTB, Ir. Badrul Munir, dalam kesempatan selanjutnya mengapresiasi kedatangan Wapres RI sebagai suatu kehormatan, tidak hanya bagi masyarakat Kab. Sumbawa tetapi juga masyarakat NTB. Lebih lanjut Bam biasa Wagub disebut, juga menegaskan adanya keinginan UTS yang diskenariokan sebagai salah satu universitas unggulan di NTB.
Wapres RI, Prof. Boediono yang menjadi tokoh sentral temu dialog ini menyampaikan maksud kedatangan rombongan sebagai salah satu upaya memecahkan masalah yang dihadapi para petani, peternak dan pendidik yang ada di Kab. Sumbawa, dan bukan untuk berjanji dengan memberikan jawaban instan, karena ada tahapan proses pemecahan masalah tersebut. Disamping itu beliau juga menyanjung ide dan semangat pendirian UTS oleh putra daerah yang sangat peduli terhadap pembangunan IPM tanah kelahirannya. Beberapa hal dalam sesi tanya jawab yang disampaikan oleh tiga orang penanya, yaitu Kepsek SMAN 2 Sumbawa Besar, M. Ali HK., S.Pd, M.Pd dari perwakilan pendidik, warga Dusun Malili, Desa Berare, Kec. Moyo Hulu, H. Amrullah dari perwakilan petani, dan warga Desa Lape, Kec. Lape, Amir Mahmud dari perwakilan peternak, mampu dijawab dengan baik oleh Wapres dan beberapa menteri serta direktur bank terkemuka ditanah air. Berakhirnya acara temu dialog ini setelah Wapres RI beserta rombongan meninggalkan tempat acara berlangsung untuk selanjutnya menuju BIL dengan pesawat kepresidenan yang sudah menunggu di Bandara Sultan Kaharuddin III.
Berdasarkan pantauan WARTASumbawa, baik lokasi pertemuan maupun bandara mendapat pengawalan yang sangat ketat, dan bahkan berlapis, baik Ring I sampai dengan Ring III. Terlihat pengamanan berlapis tersebut untuk mengantisipasi segala kemungkinan terhadap adanya hambatan maupun gangguan yang dapat terjadi selama pelaksanaan kunjungan kerja RI-2 ke Kab. Sumbawa. (WS)

Aksi HMI Cab. Sumbawa Berlangsung Ricuh

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
Aksi HMI Cab. Sumbawa yang ingin menyampaikan aspirasinya kepada RI-2 yang datang melakukan kunjungan kerja ke Kab. Sumbawa,  Sabtu (01/6) di Lapangan Pahlawan, berlangsung ricuh setelah massa HMI Cab. Sumbawa yang berjumlah puluhan itu terlibat bentrok dengan aparat petugas kepolisian dari Polres Sumbawa. Aparat kepolisian yang datang langsung memblokir jalan bagi para mahasiswa yang tergabung dalam HMI Cab. Sumbawa dibawah pimpinan Ketua HMI Cab. Sumbawa, Yahandra Muslimin, yang akan bergerak menuju jalan raya depan Lapangan Pahlawan. Kendaraan truk water canon yang dipersiapkan untuk menghalau massa HMI terpaksa memuntahkan airnya untuk membubarkan paksa massa aksi.
Aksi HMI Cab. Sumbawa sebelum bentrokan
Semprotan water canon dari kepolisian tersebut tidak pandang bulu, selain menjatuhkan dan menceraiberaikan massa aksi, juga menyebabkan beberapa orang massa aksi harus digotong keluar dari lokasi aksi dan tampak juga menghantam awak media yang terlihat kotor dan kumal karena terkena noda tanah akibat keasnya hantaman water canon. Tidak berselang lama untuk menghindari adanya tembakan water canon kembali massa HMI mengalihkan jalan keluar dengan bergerak mendekat ke ujung lapangan lainnya, tepat dengan pintu masuk Wisma Daerah. Namun lagi-lagi aparat kepolisian melakukan penghadangan kembali dan sempat terjadi beberapa kali aksi dorong antara massa aksi dengan pihak kepolisian. Akibat aksi ini dua orang mahasiswa ditandu oleh rekannya menjauh dari lokasi aksi, akibat jatuh dan terluka pada saat aksi dorong mendorong. Massa HMI terus merangsek maju untuk keluar dari areal Lapangan Pahlawan, namun tetap tidak bisa, sehingga massa aksi menghentikan sementara waktu aksinya dan melakukan aksi teatrikal didalam Lapangan Pahlawan.
Massa HMI pada akhirnya bisa menjauh setelah mereka secara beriringan bergerak menuju Masjid Nurul Huda untuk melaksanakan ibadah shalat Zhuhur, namun lagi-lagi aparat kembali melakukan blokade diseberang pintu masuk areal masjid. Aksi kucing-kucingan antara massa aksi dengan aparat kepolisian berakhir di simpang Brang Bara, setelah terjadi bentrokan antara keduanya sehingga mengakibatkan salah seorang peserta aksi, Agus Subandi yang biasa dikenal vokal, harus ditandu keluar oleh rekan-rekannya setelah pingsan akibat bentrokan tersebut. Aksi ricuh ini tidak berlangsung setelah massa aksi mulai mengundurkan diri secara perlahan, namun aparat kepolisian terlihat tetap berjaga-jaga untuk menghindari segala kemungkinan yang dapat menghambat kelancaran dari kunjungan kerja RI-2 ke Kab. Sumbawa. (WS)

Aksi Tolak Kedatangan RI-2 oleh FKR

Sumbawa Besar, WARTASumbawa.
FKR yang dipimpin Rustam Effendi memenuhi janjinya untuk mengadakan aksi menolak kedatangan RI-2, Sabtu (01/6), setelah sebelumnya melakukan aksi serupa di Simpang Jam Gadang dan Bandara Sultan Kaharuddin III. Sebanyak belasan massa FKR yang merupakan gabungan dari KOKAM, SPAS, OPM, LMND, JANKIS, MAPALA LESTARI, dan GERPAD, menggelar aksi long march sambil berorasi, dengan bergerak dari titik awal di SMA Samawa atau kampus UNSA lama, depan kantor PT. Telkom Sumbawa menuju Simpang Pasar Seketeng. 
Aksi FKR dengan melakukan long march sambil orasi
Dalam pernyataan sikapnya yang disebar pada saat aksi, FKR menyatakan bahwa praktis sejak Orde Baru sampai dengan reformasi sekarang ini, nilai-nilai Pancasila hanya menjadi benda pusaka yang disimpan oleh pemerintah dalam peti besi. Apa yang tercantum dalam nilai-nilai Pancasila hanya mimpi belaka karena pemerintah dan partai-partai hanya melahirkan para koruptor dan merusak nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Lebih lanjut FKR menegaskan apabila kedatangan Boediono ke Sumbawa seharusnya ditangkap dan diadili untuk mengembalikan uang rakyat yang telah dirampoknya. Penyambutan Boediono yang berlebihan adalah luka bagi warga Sumbawa karena beberapa rute ditutup, dan menghambat warga Sumbawa untuk mencari rezeki seperti pedagang bakulan dilarang untuk berjualan dijalur yang dilewati dan hampir semua toko-toko ditutup. Sementara Pemda Sumbawa yang gila hormat pada atasannya adalah cerminan bahwa Pemda Sumbawa tidak berpihak kepada rakyat miskin, dan malah berpihak kepada koruptor perusak dan memiskinkan rakyatnya. Sementara FKR dalam tuntutannya menyatakan a.l menolak kenaikan harga BBM, menghukum para koruptor termasuk Boediono, naikkan harga komoditi petani (gabah, jagung, dll), tolak UU Perguruan Tinggi, nasionalisasi aset-aset asing, dan bangun bendungan bukan pertambangan. 
Aksi FKR pada akhirnya dibubarkan aparat kepolisian dari Polres Sumbawa, yang sebelumnya juga telah melakukan negosiasi dengan FKR untuk tidak melakukan aksinya lebih lama lagi. Nampaknya pihak Polres Sumbawa juga tidak main-main untuk mengamankan kedatangan RI-2 ke Kab. Sumbawa, mengingat kehadiran orang nomor dua di republik ini merupakan kehadiran pertama kali pasca era reformasi. Hal ini tampak pada kehadiran beberapa petinggi Polri di Polda NTB, selain Kapolda NTB, yang juga turut aktif mengamankan situasi dan kondisi menjelang saat-saat kedatangan RI-2. Aksi FKR secara keseluruhan berjalan dengan tertib, tanpa ada bentrokan yang berarti, jauh dari seperti apa yang diprediksikan sebelumnya. (WS)